Selasa, 28 Juni 2011

Cruise at Indian Ocean, May,18th - June, 24th

Indah Kiat Port at Merak, Wednesday May 18, 2011
Mulai dari hari Rabu tgl 18 Mei 2011 sampai 38 hari depan, aku ada kesempatan untuk mengikuti survei ATLAS dan Indonesia Tsunamy Buoy (Ina TEWS). Pekerjaan utama survei ini adalah maintenance yaitu Recovery dan Deployment. Recovery adalah pekerjaan mengangkat buoy lama berserta mooring line-nya yang sudah terpasang di laut sekitar 1 tahun. Sedangkan Deployment adalah memasang buoy baru berserta mooring line-nya ke laut. Buoy ATLAS adalah buoy yang dilengkapi dengan sensor-sensor oceanografi dan cuaca guna mendapatkan data aceanografi dan cuaca (weather), sedangkan Ina TEWS adalah buoy yang dilengkapi dengan sensor preasure (tekanan) guna mengukur data ketinggian permukaan air laut, sehingga dapat digunakan untuk peringatan / alert jika terjadi tsunami.
Pada Survey ATLAS, sesuai Rencana Operasi (RO) kami akan melakukan Recovery dan Deployment 4 buoy yang sebagian besar di Samudera Hindia, yaitu tepat di 0N , 2N, 4N, dan 8N. Dimana keempat lokasi ini sudah di luar territorial Indonesia. Bahkan yang 4N dan 8N masih di Barat Daya Pulau Nicobar. Pengalaman 6 kali melewati Samudera Hindia, 3 kali mendapatkan ombak dan alur selalu besar kapal pasti ng-Roll, ng-heave. Dan kupikir yang paling parah pasti yang 8N. Sedangkan pada survey Ina TEWS kami melakukan recovery dan deployment di perairan Barat Laut Siemeulue dan perairan Utara Mentawai.
Sesuai RO kami berangkat dari Pelabuhan Indah Kiat menuju Atlas 0N kemudian ke Atlas 2N. Setelah selesai kami singgah di Pelabuhan Malahayati di Aceh sekitar 24 jam untuk mengisi logistic. Dari Malayati, kami menuju Atlas 8N, kemudian Atlas 4N. Jika lancar kami langsung menuju ke Padang untuk mengisi logistic, bahan bakar, dan perganti personel. Team Atlas turun, diganti team Ina TEWS. Rencana di Padang hanya 48 Jam. Selanjutnya kapal bergerak menuju lokasi Buoy Tsunamy di Perairan Barat Laut Simeulue. Dari SIemeulue, kapal bergerak menuju Buoy Tsunamy di perairan Utara Mentawai. Selesai di Mentawai, kapal kembali ke pelabuhan Indah Kiat.
Team survey pada survey Atlas terdiri dari 15 crew kapal (mulai dari capten sampai pelayan), 11 scientist (Balai Teksurla & KKP), 7 technician (Balai Teksurla & KKP), dan 2 PMEL-NOAA. Di Padang rekan-rekan dari KKP dan PMEL-NOAA turun, diganti rekan-rekan dari Indonesian Tsunamy Buoy.
Pada survey ini, job-ku adalah mempersiapkan peralatan navigasi, mulai dari GPS C-NAV, single beam echosounder Simrad EQ-32, GPS Gyro Seatec Seapath, multibeam Simrad EM 12D, software navigasi Hypack 2010, software akuisisi multibeam Mermaid dan Merlin serta PC yang mendukung system navigasi kapal bekerja dengan baik. Aku juga harus membuat track line survey baik dari Indah kiat sampai ke lokasi survey sampai kembali lagi ke Indah Kiat. Selain itu aku harus memastikan pengolahan data kedalaman dari Multibeam benar hasilnya karena sebagai dasar pemilihan lokasi untuk deployment buoy sekaligus untuk dasar mendesain panjang mooring line. Jika sampai kedalamannya salah maka panjang mooring line bisa lebih dari kedalaman konsekuensinya mooring line tidak tegak (orang bule-nya pasti complain) dan jika mooring line lebih pendek tidak sesuai scope, maka mooring line bisa putus. Tapi menurunku pekerjaan yang paling berat bagiku adalah mendesain track line saat deployment buoy. Karena jika perhitungan waktu dan jarak tidak tepat maka posisi deploy terlewati atau terlalu lama menuju posisi released singker, dan jika arah arus tidak tepat maka buoy yang di-towing tidak lurus arah jam 6 (orang deck pasti teriak-teriak), konsekuensi akhirnya jatuhnya singker akan meleset dari rencana. Jika areal relative flat (sama kedalamannya) mungkin no problem but not flat that’s troube. So I must be careful to make the line survey. Alhamdullillah survey kali ini, aku didampingi 1 orang electrical enginer handal (merangkap khotib & imam sholat jumat) dan 1 orang teknisi senior (kami menyebutnya Pak lejen) sehingga jika terjadi problem di system navigasi insyalloh terselesaikan.
Aku datang ke Kapal Rabu tgl 18 May 2011 sekitar jam 13.00, langsung melihat daftar kamar ternyata di kamar 207, sekamar dengan electrical handal. Kamar 207 berada di lantai 3 depan kamarnya party chip dan dekat dengan kamar mandi. Kupikir kamar ini emang cocok bagiku karena kalau mau ke anjungan (bridge-tempatku kerja) bisa lebih dekat. Tempat kerjaku berada di lantai 4 dibelakang tempat kemudi kapal. Di situ semua sensor peralatan navigasi kapal berada. Setelah menemukan kamar dan menaruh tas, aku sholat dhuhur kemudian makan siang. Istirahat sebentar kemudian ke anjungan mempersiapkan peralatan navigasi agar bekerja dengan baik.
Pertama yang kulakukan adalah menghidupkan aliran listrik yang ada di kapal ke peralatan navigasi (biasanya jika di dermaga aliran listrik tersebut dimatikan). Lalu menghidupkan computer, GPS, single beam echosounder, GPS Gyro, tidak lupa AC juga dihidupkan karena AC sentral dari kapal belum dingin. Setelah semua sensor aktif, aku cek lewat hyperterminal untuk memastikan data dari sensor-sensor navigasi telah masuk ke computer navigasi. Jika sudah tidak masalah baru kuhidupkan software hypack 2010.
Pada hypack 2010, biasanya aku membuat projeck baru tapi dengan mengcopy project telah ada. Karena dengan mengcopy projeck yang sudah ada aku tidak perlu membuat setinggan bentuk kapal, parameter geodesi, setting com dll. Tapi harus diingat kita harus menghapus hasil recording project sebelumnya jika tidak computer pasti lambat kinerjanya alias lelet. Karena perwira kapal mengunakan peta produksi dishidros yang nota bene memakai proyeksi Mercator penetapatan Jakarta, maka parameter geodesi di Hypack kubuat Mercator biar singkron. Setelah software navigasi hypack mengenali sensor GPS (posisi), GPS Gyro (heading), single beam echosounder (kedalaman) dan datanya sudah masuk, maka segera kubuat track line survey dari Indah kiat ke lokasi Atlas 0N, yang pastinya telah berkoordinasi dengan capten dan perwira kapal mengenahi track line yang aman menuju lokasi survey.
Karena di BJ3 belum ada ENC (Electronic Nautical Chart – Peta laut digital), maka kubuatlah peta digital dengan memfaatkan hasil scanning peta dishidros atau mendownload peta laut digital kemudian ke-regrestrasi dengan ellipsoid WGS 84 dan proyeksi Mercator agar dapat dikenali oleh software hypack 2010. Sehingga peta ini dapat digunakan sebagai background sekaligus memastikan bahwa line survey yang dibuat aman dari gangguan kedangkalan dll. Multibeam sengaja belum dinyalakan karena Simrad EM 12D adalah multibeam untuk laut dalam. Sesuai SOP hanya boleh dihidupkan setelah kedalaman di atas 750m. Tampilan software navigasi hypack di-share dengan monitor tambahan yang terletak di ruang kemudi (anjungan depan), long room atas, dan Lab basa, sehingga monitor-monitor tersebut juga harus dipastikan berfungsi dengan baik. Pada anjungan depan tampilan software navigasi digunakan sebagai panduan bagi juru mudi untuk mengarahkan kapal agar sesuai dengan line survey yang telah dibuat. Karena telah dilengkapi dengan simpangan kapal sehingga memudahkan juru mudi untuk menyetir kapal. Setelah semuanya beres (system navigasi bekerja dengan baik), saatnya santai kalau tidak capek bantu pekerjaan di deck.
Akhirnya BJ3 depart from Indah kiat port jam 23.16 WIB. Setelah kapal mulai masuk Selat Sunda dan kecepatan kapal sudah stabil 7 knots. Aku segera turun dari anjungan menuju ke tempat tidurku. Karena tadi sore bantu-bantu di deck, rasanya badan capek banget di badan.
Perjalanan dari Indah kiat di Merak sampai ke lokasi 0N di tempuh sekitar 6 hari, dengan rute melintas Selat Sunda kemudian menyusuri pantai Barat Sumatera. Setelah mendekati Siberut Kapal langsung tembak lurus ke lokasi 0N. Alhamdullilah selama perjalanan tidak menemuhi ombak yang besar. Tapi walaupun tidak ada ombak yang besar tetap ada juga yang mabuk. Selama perjalanan dilakukan briefing awal (dilakukan hari kamis jam 11.00WIB) sekaligus perkenalan personel, pengenalan safety first (seperti pramugari di pesawat terbang sebelum tinggal landas), dan penjelasan mengenahi rencana operasi oleh party chip. Pada hari berikutnya diadakan briefing yang lebih teknis mengenahi prosedur recovery dan deployment (biar satu kata diantara tema survey) serta penjelasan system mooring line Atlas buoy dari PMEL-NOAA (bule).
Karena cuaca yang baik, tidak ada ombak dan alur yang kuat (no rough, no big wave, no big swell, so I think this is very nice cruise) aku dapat menghabiskan baca novel cinta bumi (karya Habiburrohman) dan buku Life Beautiful karya Arvan Pradiansyah. Yang pastinya sambil menunggui multibeam me-record data kedalaman dan sambil marking posisi sekaligus membuat daily report untuk dikirim ke kantor via email. Alhamdullillah indovision masih dapat terus sehingga masih dapat mendapatkan informasi terupdate via tv one, metro tv, dan tentunya lihat tayangan sport di ESPN, vision one sport, dan uero sport serta movie. Dan tak ketinggalan juga kalau sudah boring and boring, pastinya play my favorite games that are winning eleven & Championship Manager (penyakit dari kuliah yang terpelihara sampai sekarang). Selain hiburan pastinya aku tetap membaca jurnal, artikel, dan pokoknya tulisan yang terkait dengan multibeam data processing terutama metoda cube di caris yang sampai sekarang belum paham benar.
 Persiapan di Dermaga Merak

Indian Ocean

Indian Ocean 0N, Tuesday May 24, 2011
Akhirnya BJ3 tiba di lokasi Atlas 0N selasa tgl 24 Mei 2011 sekitar jam 15.00 WIB. Buoy Atlas 0N yang terpasang bulan Juni 2010 masih utuh cuma wind sensor sudah tidak berfungsi – maybe the batere is power off-. Sambil menunggu penurunan rubber boat dan kapal diarahkan sedekat mungkin dengan buoy karena mau melakukan released singker. Singker buoy berada di dasar laut (lokasi Atlas 0N kedalamannya sekitar 4600m) menyatu dengan mooring line menuju buoy. Sekitar 20m dari singker (dalam rangkaian mooring line) terdapat acuistic released, dimana dengan alat ini mooring line dapat terputus dari singker dengan terbukanya pengkait pad acuistic released itu sendiri. Untuk membuka pengkait tersebut, dari kapal kami turunkan transduser ke air, kemudian transduser mengirimkan gelombang suara ke arah acuistik released (dekat singker di dasar laut) tunggu responnya. Jika ada respon maka kondisi acuistik released masih baik dan segera dikirimkan kembali gelombang suara yang sesuai untuk membuka pengkait acuistik released. Setelah pengkait terbuka maka buoy telah terlepas dari singker sehingga segera dapat dilakukan recovery dengan mengangkat buoy Atlas 0N lama ke deck.
Setelah buoy sudah terlepas dari singker, rubber boat berserta personilnya (motoris dan beberapa personil) segera diturunkan melalui kren samping (port side) agar segera menuju ke buoy. Personil di rubber boat kemudian mengikatkan tali ke buoy selanjunta tali tersebut dilempar ke kapal yang mendekat ke buoy. Sekarang buoy telah terikat dengan nylon dari kapal dan selanjutnya buoy ditarik mendekat ke kapal melalui winch. Setelah buoy sangat dekat dengan kapal, wire dari winch tengah yang melewati katrol atas (di gantry) dilempar ke arah rubber boat agar diikatkan dengan buoy yang masih di air. Setelah wire dari winch sudah terikat ke buoy dan stopper kanan kiri buoy telah dipeganggi oleh personil di kapal maka buoy mulai dinaikan ke deck menggunakan gantry. Kemudian rubber boat dinaikan ke deck. Setelah buoy naik ke deck dan telah stabil, maka persiapan recovery mooring line buoy sepanjang kurang lebih 4600m (pasti sampai malam nih, siap-siap mentri pengairan jahe hangat, maklum angin laut di malam hari kuat di atas 18 knots).
Sambil recovery mooring line teman-teman pada mancing ikan, sampai selesai recovery dapat 2 ember ikan, sebagian langsung dimasak sebagian di simpan di fresh room di lower deck. Rangkaian mooring line terdiri dari wire 1 roll dan 7 roll nylon. Nylon terakhir terdapat acuitic released. Di wire terpasang beberapa sensor oceanografi mulai dari ADCP, CTD, sirip-sirip (membuat wire tegak), dll sehingga butuh waktu 1 jam sendiri untuk menggulung (hibob) 1 roll wire ( 1 spool of wire need 1 hour). Sedangkan tugasku adalah marking posisi dan waktu tiap aktifitas mulai dari waktu released, rubber boat turun ke air sampai acuistik released dinaikan ke deck. Alhamdullilah di software navigasi hypack ada fasilitas marking posisi dan waktu sehingga tidak perlu manual tulis tangan. Tinggal klik Target kemudian isikan aktifitas atau kejadian yang penting di bagian komentar lalu tab OK. Selama recovery multibeam on sehingga dapat data kedalaman sekitar survey. Recovery selesai sekitar jam 23.00 wib.
Indian Ocean 0N, Wednesday May 25, 2011
Selesai recovery kapal langsung melakukan bathimetri di sekitar lokasi deployment buoy Atlas 0N. Menjelang pagi hasil bathimetri sudah kusiapkan untuk diberikan ke bule. Dengan melihat hasil bathimetri diputuskan deployment di lakukan di tempat yang sama dengan lokasi tahun kemaren. Sambil menunggu persiapan di deck memasang sensor-sensor di bagian atas buoy dan di wire, kapal melakukan orientasi arus selama kurang lebih 30 menit. Orientasi arus dilakukan dengan kapal drifting (stop mesin) kemudian diperhatikan pergerakan kapal di monitor navigasi sekaligus di catat nilai course dan kecepatan drifting kapal. Dari pergerakan kapal selama 30 menit terlihat arus relative ke arah Barat Daya dengan Barat, dengan sudut sekitar 258⁰ dari arah Utara.
Track line deployment buoy mulai dari drop buoy ke air sampai drop singker dilakukan berlawanan dengan arah arus. Hal ini dimaksudkan agar buoy yang ditowing benar-benar lurus ke belakang (arah jam 6), sekaligus agar dalam mengarea mooring line terbantu oleh arus. Karena arah arus 258⁰, maka dibuat trackline ke arah 78⁰. Pengalaman saat deployment bahwa :
- Drop buoy sampai area wire butuh waktu 60 menit
- Area 1 spol nylon butuh waktu 15 menit. Kedalaman 4600 membutuhkan 7 spol maka butuh waktu 105 menit.
- Setting akuistic released 20 menit
- Setting singker 30 menit
Sehingga mulai drop buoy sampai drop singker membutuhkan waktu 60+105+20+30 = 215 menit atau sekitar 3.6 jam.
Alhamdullilah deployment berjalan lancar. Setelah singker buoy mulai free fall, BJ3 menunggu sekitar 30 menit sampai singker buoy touch down di dasar laut. Kemudian BJ3 mendekati buoy untuk melihat secara visual kondisi buoy, marking posisi, dan menunggu sekitar satu jam untuk memastikan data dari sensor-sensor yang terpasang di buoy dan mooring linenya bekerja dengan baik. Tim dari PMEL-NOAA merasa puas kemudian kapal bergerak ke lokasi Atlas 2N, sekitar jam 20.00 WIB.
 Buoy on the Water
  
Indian Ocean 2N, Thursday May 26, 2011
BJ3 tiba di lokasi Atlas 2N, team bersiap melakukan recovery buoy. Setelah selesai recovery buoy, sambil menunggu team di deck mempersiapkan buoy, Bj3 melakukan bathimetri untuk mendapatkan data kedalaman sekitar lokasi deployment buoy. Saatnya diriku, mulai di depan computer sun blade keluaran sun microsystem untuk memantau akuisisi data multibeam oleh software mermaid dan memperhatikan hasil tampilan real timenya di software merlin. Untung selama satu terakhir sudah familiar dengan LINUX, sehingga tidak merasa kesulitan menggunakan software merlin dan mermaid yang masih berjalan di flatform UNIX.
Setelah bathimetri, dilanjutkan proses deployment buoy yang kedalamannya sekitar 2500m sehingga dibutuhkan sekitar 1 roll wire dan 3 roll nylon. Proses deployment kurang lebih membutuhkan waktu 2-2.5. Sebelum tengah malam proses deployment selesai, kapal olah gerak menuju pelabuhan Malahayati di Kreung Raya, Aceh untuk melakukan pengisihan logistic (food & fresh water). Perjalanan ditempuh kurang lebih 3 hari dan diperkirakan sampai Malahayati hari Minggu tanggal 29 Mei 2011.
 Drop Singker

Malahayati Port, Kreung-Raya Aceh, Sunday May 29, 2011
Kapal tiba di Malahayati sekitar jam 09.00 pagi dan disambut dengan hujan. Team AJO dari Jakarta (meng-handle logistic) terlihat basah kuyup saat menerima tali dari kapal. Setelah sandar dengan sempurna rekan-rekan pada bersiap untuk berenang-renang sepanjang dermaga yang airnya masih jernih dan sudah ada yang bersiap-siap untuk jalan-jalan di Aceh. Mobil angkutan umum pada mampir mendekati kapal kami menawarkan apakah ada yang mau ke kota. Teman-teman yang sudah tidak tahan karena hampir dua minggu di laut, langsung meng-hire tu angkutan umum. Sedangkan diriku masih stanby di kapal (karena tadi malam sudah janji sama Ubay untuk melakukan ujicoba ROV karya Ubay di dekat dermaga)
Benar juga, sekitar jam 11.00 WIB si Ubay sudah mengajakku untuk melakukan uji coba ROV hasil karyanya yang dia namai “Sea Spy Project” . Ini bukan untuk mata-mata Cuma namanya biar keren padahal tujuan utamanya adalah untuk melihat profiler kapal jika terkena jarring atau long line yang banyak bertebaran di dekat buoy. Kubawa Notebookku keluar karena digunakan untuk merekam file video yang terpasang di ROV sekaligus menavigasi ROV itu sendiri. Awalnya uji coba berjalan normal Cuma type kamera saya yang kurang bangus sehingga gambarnya relative buram. Saying akhirnya ROV kurang kedap air sehingga air laut masuk ke body ROV dan terjadi short. Kata Ubay “project sea spy di-pending dulu wie, besok coba lagi, Aku mau tampah kabelnya kurang panjang”. Benar juga kata Ubay karena kabel pendek sehingga maneuver kurang sempurna.
Selesai uji coba, diriku makan siang dan berencana untuk main-main ke kota. Selesai makan Ujang Alfi ngajak ke kota untuk menemani si bule yang mau beli AC portable (air cooler). Kubilang siap, sekalian mau lihat monument Tsunamy yang arsitekturnya spektakuler dan melihat isi di dalam museum. Maklum sekitar tahun 2009 saat aku ke museum, ternyata maseum sedang tutup karena ada acara.
Sekitar jam 13.00 kami berangkat dengan mobil cateran (sudah dipesankan oleh team AJO dari Jakarta). Dalam satu mobil ada aku, Ujang ALfi, Indra, Anan (Fotografet), 2 bule (Bill & Stev), dan driver (orang aceh asli). Ternyata ncari air cooler di aceh susah (habis salah tafsir kami maklum lama tinggal di Jakarta, sehingga fikir kami kita mol aja pasti di sana komplit), tapi ternyata tidak ada. Akhirnya kami cari di toko elektronik yang besar di pinggir jalan (si Bill menyebutnya Autdor Market) ternyata malah ada. Kami langsung beli dua, 1 untuk di kamar Bill dan 1 di kamar Steven. Maklum AC sentral di kapal kurang dingin bagi mereka jadi harus minta tambahan.
Selesai Aircooler kami sholat dhuhur di Masjid Baituhrohman dan foto-foto, Si Indra yang pertama kali ke Baiturohman, paling antusias untuk di foto. Kalau si Anan hamper tiap tahun ke sini, karena orang ATLAS tulen. Sedangkan si Bill dan Steven jalan-jalan sendiri tanpa kami dampingi. Selesai sholat kami ke Museum Tsumamy. Tapi kecewanya aku, museum di tutup lagi karena lagi di pakai untuk acara. Sebagai gantinya kami melihat pameran kota-kota di Indonesia yang lagi di selenggarakan di Aceh. Si Bill antusias banget dia beli banyak hand craft untuk anaknya. Ternyata suasana kurang menarik bagiku. Setelah teman-teman puas selanjutnya dilanjutkan ke Kapal yang terseret oleh gelombang Tsunamy . Kami naik ke atas kapal dan foto-foto. Terlihat pantai Olele terlihat dengan jelas dari atas kapal. Sambil membayangkan Kapal ini yang dulu di sekitar pantai Ulele bisa terseret sampai ke sini. Akhirnya kami tertarik juga untuk ke pantai Ulele, sekaligus makan sore dengan tempat terbuka.
Di dekat dermaga Ulele ternyata terdapat permainan air dan jual makanan dengan situasi autdoor. Si bule seneng baget sertinya. Aku juga merasa suka dengan suasana seperti ini, makan sambul mengirup udara segar sekaligus lihat pemandangan yang indah di sekitar pantai Ulele. Aku pilih menu cah kangkung plus seafood dengan sedikit nasi dan jus aple. Ternyata masakanya mantap, rempah-rempahnya terasa banget. Kenapa pilh cah kangkung maklum 3 hari terakhir kurang makan sayur. Sambil makan kami foto-foto, biarin pengunjung lain pada lihat. Anan bawa kamera SLR jadi bisa foto barengan dengan memakai timer. Seletelah merasa puas kami kembali ke kapal.
Satu jam setelah sampai di kapal, si Indra ngajak minum kopi di warung dekat dermaga. Katanya “Mas ayo ngopi Aceh dulu, aku belum pernah nih, ntar aku yang traktir”. Akhirnya kami berdua jalan kaki ke depan sekitar 700m. ternyata di sana sudah banyak teman-teman dari kapal yang nongkrong minum kopi di dua warung. Dari salah satu warung si Ubay manggil-manggil, akhirnya kami memilih warung tempat si Ubay mangkal. Ubay bilang “Wik, iki mangan pisang goreng karo ngombe bandrek, wis tabayari”dia bilang juga “Panganan neng kene ora bakal ngembose dumpetku” seperti omongan si Boyo. Akhirnya aku pilih bandrek saja dari pada kopi, karena aku juga bukan pecandu kopi, malah belum tentu sebulan sekali minum kopi. Semakin malam semakin banyak teman-teman kapal yang datang. Tapi menjelang jam 23 malam kami kembali ke kapal untuk istirahat.
 Masjid Baiturohman, Aceh

Makan sore di Ulele Aceh


Malahayati Port, Kreung-Raya Aceh, Monday May 30, 2011
Pagi hari teman-teman pada berenang sebagian main bola di pantai dan sebagian lagi pada jalan-jalan di sekitar dermaga. Aku pilih ikut-ikutan jalan pagi di sekitar dermaga sambil melihat bekas tenda-tenda tempat logistic Tsunami, mobil bantuan asing, pokoknya peninggalan saat rekonstruksi paska tsunami. Pagi hari sekitar jam 10.00 Wib, si Ubay sudah ngajak lagi Uji Joba ROV-nya. Tapi kali ini tidak di dermaga tapi di deck kapal bagian stern (buritan). Kulihat ROV dibuat lebih kedap dengan diberi Pampers, serbuk penghisap embun dan kabel dibuat lebih panjang. Awalnya bagus hasil rekaman lebih bagus dari kemaren karena kamera tidak berembun tapi lama-lama masih belum kedap juga. Body ROV kembali terisi air laut sehingga short lagi. Sehingga ROV dinaikan ke deck dan uji coba dihentikan. Selama Uji Coba si Anan dan Indra mendokumentasi dengan kamera masing-masing. Walaupun kurang optimal hasilnya, tapi aku salut sama Ubay. Anak ini memang idenya ada aja. Ayo Bay terus Kaizen pasti nanti lebih baik.
Sekitar jam 17.00 Wib, kapal mulai meniggalkan dermaga Malahayati dengan dilepas tim AJO dari Jakarta. Cuaca kelihatan cerah, smoga perjalanan ke Atlas 8N lancar tidak ada ombak dan angin yang besar. Perjalanan ke Atlas 8N akan ditempuh selama 3 hari dan diperkirakan sampai di Atlas 8N hari Kamis tanggal 2 Juni 2011.

Indian Ocean 8N, Thursday June 2, 2011
Selama perjalanan menuju Atlas 8N, cuaca benar-benar tidak kondusif. Semenjak lewat dekat pulau Nicobar ombak mulai tinggi sekitar 2m, angin di atas 20 knots, hujan hampir sepanjang hari. Tidak ada kegiatan di deck. Suasana di long room sangat lengang, teman-teman pada tiduran di kamarnya masing-masing. Sebagain pada mabuk, pelayan juga mabuk. Masakannya Koki banyak yang tidak kemakan. Semua cari kenyamanan sendiri-sendiri, agar tidak mabuk. Yang paling rame adalah Long Room di lower deck, lab basah karena di situ gerakan kapal relative stabil. Kalau sudah begini yang tugas jaga di anjungan yang paling sedih, karena di atas goyangannya kerasa banget.
Kapal ng-roll, ng-heave, ng-pitch yang tidak beraturan, membuat kepalaku puyeng, perut mual-mual, pengin muntah…pengin mabuk. Tapi kalau sudah mabuk…diriku pasti mabuknya tidak henti-henti. Akhirnya aku pun ikut tiduran juga tapi tidak di kamar melainkan di ruang scientis yang ruangan kelihatan lebih luas sehingga pandangan terbuka. Tapi kalau tidur lama-lama juga di badan rasanya tidak nyaman. Sehingga kugunakan sering naik turun tangga biar keringat, kalau sudah capek baru duduk di long room tengah sambil nonton tayangan olahraga di ESPN atau vision one sport.
Selama cuaca tidak kondusif si koki memang pengertian, dia masak sop dan sering buat jahe hangat sehingga bisa diterima oleh perut. Saat-saat seperti ini yang paling dicari adalah indomie, pop mie dan mie sedap (paling laku keras). Teman-teman yang tidak bisa makan nasi pada masak mie rame-rame. Kalau aku tetap berusaha makan nasi walaupun sedikit, jika ada kentang atau ketela langsung kulahap (maklum perutku paling sulit untuk menerima mie instan, terutama penyedapnya).
Setelah 3 hari perjalanan (jam 17.00) akhirnya kapal tiba di lokasi Atlas 8N, sekitar 1 mill dari lokasi buoy (buoy sudah terlihat jelas) kami dihadang hujan deras dan kecepatan angin lebih dari 30 knots serta ombak hampir 3m, sehingga buoy langsung tidak terlihat karena jarak pandang Cuma 200m. akhirnya kami putuskan untuk menunggu cuaca membaik sampil melakukan bathimetri di sebelah selatan lokasi buoy hingga 4 mill dari lokasi buoy. Line bathimetri kubuat searah dan melawan arus (arus relative ke Barat Laut) agar gerakan kapal melawan atau searah arus sehingga goyangan kapal relatoif kecil, kecuali saat maneuver keluar masuk track line bathimetri. Bathimetri dilakukan hampir semalam suntuk.
Indian Ocean 8N, Friday June 3, 2011
Sekitar jam 10.00 Wib cuaca mulai membaik, malaupun ombak masih 2m tapi kecepatan angin mulai mereda di bawah 18 knots, sehingga team memutuskan untuk recovery dan deployment. Jam 11.23 wib rubber boat mulai turun dan released singker mulai dilakukan. Personil yang turun ke Rubber boat memang benar-benar handal dengan ombak yang relative masih besar tapi berhasil membantu proses recovery untuk dinaikan ke deck. Recovery selesai dilakukan sekitar jam 16.47 wib. Karena cuaca masih memungkinkan untuk deploy akhirnya diputuskan untuk deploy hari itu juga. Pekerjaan deploy dilakukan hingga jam 23.00 wib. Setelah data dari sensor-sensor yang terpasang di buoy bekerja normal, BJ3 olah gerak meninggalkan lokasi Atlas 8N sekitar jam 23.52 Wib menuju Atlas 4N.
 Menjelang badai di 8N

Perjuangan Merecovery Buoy dalam Cuaca yang Ekstrem

Indian Ocean 4N, Sunday June 5, 2011
Pada jam 09.38 Wib kapal sampai di lokasi Atlas 4N. Selama perjalanan ombak masih 2m tapi kecepatan angin di bawah 20 Knots, sehingga masih relative nyaman untuk pelayaran. Segera team persiapan recovery buoy dengan menurunkan rubber boat dan transduser untuk mereleased singker. Pekerjaan recovery berjalan lancar dengan kondisi cuaca relative nyaman. Recovery selesai dilakukan pada jam 16.27 wib. Sambil menunggu team di deck mempersiapkan Buoy yang akan di deploy kapal melanjutkan bathimetri untuk mengcover areal sekitar lokasi buoy lama. Tepat sekitar jam 17:48 pekerjaan deployment mulai dilaksanakan dan selesai sekitar jam 22.23 wib. Setelah data dari sensor-sensor yang terpasang di buoy bekerja normal, BJ3 olah gerak meninggalkan lokasi Atlas 4N sekitar jam 23.42 Wib menuju Pelabuhan Bungus di Padang lewat perairan Utara Simeulue terus menyisir pantai Barat Sumatera.
Bungus Port Padang, Friday June 10
Selama perjalan dari Lokasi Atlas 4N menuju pelabuhan Bungus di Pandang cuaca benar-benar nyaman untuk pelayaran. Ombak dan swell tidak terlalu besar walaupun sesekali kecepatan angin di atas 20 knots. Setelah melewati perairan Utara Simeulue dan mulai menyisir pantai Barat Sumatera lebih nyaman lagi karena ombak sangat tenang. Saat melewati Pulau Banyak, Nias sinyal Mobile Phone sesekali dapat. Sehingga di anjungan mulai rame (padahal biasanya sepi, apalagi kalau sudah ombak besar, paling Cuma 1 perwira dan 1 juru mudi). Di anjungan dan di luar anjungan masin-masing pada mojok untuk telpon. Ada yang telpon istri, pacar, orang tua. Pokoknya gayanya unik-unik deh.
Selama perjalanan teman-teman pada nonton movie, main game dan sesekali packing serta rapi-rapi peralatan karena misi Atlas hampir selesai setelah sampai di Padang (diganti misi berikutnya Ina Buoy Tews). Terlihat yang paling sibuk si Bule, karena sudah tidak tahan mau balik ke Amerika. Teman-teman KKP juga sudah pada packing untuk turun di Pandang kemudian dengan pesawat menuju Jakarta. Sedangkan aku, harus masih di kapal untuk mengikuti misi selanjutnya.
Setelah sholat jumat, aku ikut membantu pekerjaan di deck. Para teknisi dan sebagian scintist sedang memindahkan buoy, OBU (Ocean Bottom Unit), sinker, dan peralatan TEWS lainnya dari Palka ke deck. Sedangkan Buoy Atlas hasil recovery, nylon, wire dan sisa pemberat Atlas dipindahkan ke Palka. Sehingga nantinya hanya barang-barang Ina TEWS yang berada di deck, sedangkan barang-barang Atlas pindah ke Palka. Setelah barang Atlas masuk ke Palka, baru dilakukan pengaturan peralatan TEWS agar nantinya memudahkan dalam deployment buoy Ina TEWS. Sedangkan crew kapal yang tidak jaga segera pergi pesiar dengan mobil cateran.
Di hari ini terlihat si Bule (Bill & Stev) pamitan pada seluruh team survey untuk menuju bandara karena mobil sudah menungguhinya. Terlihat wajahnya kelihatan ceria. Dia cerita kalau pewawatnya take out jam 17.00 Wib jadi sebelum ke Bandara mereka mau pergi ke Pantai Arum Manis untuk berenang. Dia juga cerita kalau sesampainya di Jakarta mereka akan jalan-jalan dulu sebelum meninggalkan Indonesia hari Minggu-nya.
 Saat Towing Buoy-Proses Area Wire

Padang, Saturday June, 11th
Setelah sarapan teman-teman survey sudah siap-siap jalan-jalan ke Bukit TInggi. Dari kantor telah dicaterkan 2 mobil kijang. Satu mobil untuk teknisi dan scientist serta satu mobil untuk crew kapal. Karena banyaknya orang aku dan Anan mengalah untuk tidak ikut ke Bukit Tinggi, karena bulan Februari kemaren aku telah kami berdua telah ke Bukit TInggi. Akhirnya kami berdua berencana pergi kota untuk jalan-jalan sekaligus ke museum Adityawarman. Tidak lupa si Anan membawa kamera Canon SLR-nya untuk mengabadikan moment-moment selama jalan-jalan di kota.
Sebelum meninggalkan pelabuhan Bungus, kami berdua mampir dulu di warung favorit kami yaitu warung makan dekat pelabuhan yang terkenal lezat menu Kepala Ikan Kakap. Menu wajib jika kami mampir di Padang. Kami berdua makan dengan lahapnya. Kepala ikan kakapnya memang besar sekali sehingga kami berdua tidak habis, walaupun aku sudah nambah nasi. Tetap ikan tidak habis. Setelah merasa puas kami menuju ke Padang dengan tujuan utama Museum Adityawarman.
Kami di museum hampir tiga jam lamanya. Di museum di tampilkan kebudayaan Padang, mulai dari silsilah kerjaan, baju daerah padang, alat memasang, alat menagkap ikan, tato di mentawai besertacerita sekerei saat memimpin upacara adat (Mirip cerita Novel Rahasia Meede karya Ito yang sempat aku baca dalam pelayaran sebelumnya), binatang khas, dan masih banyak yang lainya. Sayangnya di Museum tidak ada curator yang menjelaskan mengenahi apa-apa yang ada di museum. Kami hanya menebak-nebak informasi dari tulisan yang ada di museum. Kami berdua sempat foto-foto di beberapa peninggalan budaya yang ditampilkan di museum.
Dari museum kami meneruskan jalan-jalan menuju pasar sambil melihat-lihat cindera mata yang mungkin menarik untuk kita beli. Sebelum pulang kami ke toko buku agama dekat masjid yang ada di sekitar pasar. Aku beli majalah Tarbawi edisi khusus yang mengupas tentang Ayah, sedangkan Anan beli tiga buku tentang perjuangan kaum paderi, chiefdom madidah dan bahasa tubuh. Sebelum sore kami kembali ke Bungus port tempat kapal kami Barunajay III sedang mengisi bahan bakar. Malamnya aku benar-benar capek sehingga sebelum jam 21.00 sudah tidur.

Padang, Sunday June, 12th
Pagi hari aku keliling dermaga dan menyuruhi pantai bareng Pak Paul (salah satu teknisi senior). Kali ini jalan-jalan pagiku lebih lama dari hari kemaren. Keringat mulai bercururan dan merasakan segarnya udara pagi pantai Bungus. Saat menyusuri Pantai tempat dekat kapal nelayan sedang lego jangkar kami bertemu Ubay sedang membawa tas. Setelah kami tanyai ternyata si Ubay baru saja tidur di pantai untuk menikmati udara malam di pantai dan mendengarkan suara hewan-hewan di pagi hari. Kami bertiga akhirnya jalan bareng. Ketika sampai pintu der maga aku memisahkan diri karena mau jalan-jalan lagi ke luar arah dermaga menuju jalan raya. Sedangkan Ubay dan Pak Paul menuju kapal.
Menjelang siang teman-teman ngajak ke kota lagi untuk beli oleh-oleh di Criestien Hakim, karena mumpung ada mobil standby, dimana mobilnya ntar sore mau dipakai jemput team Ina Buoy TEWS ke Bandara, sehingga bisa dipakai untuk jalan-jalan ke kota. Dari christen hakim kami menuju ke alun-alun. Di sini kami terpisah menjadi tiga rombongan, mencari keperluan masing-masing. Rombonganku yang terdiri dari Pak Paul, Ubay, dan Anan jalan-jalan di sekitar alun-alun kemudian menuju toko alat music karena si Ubay mau beli biola. Setelah membeli biola kami pergi mengarah ke Gramedia karena si Ubay mau beli buku atau CD tentang memainkan biola. Sebelum sampai ke Gramedia kami singgah dulu untuk makan siang di KFC. Senangnya aku, karena di KFC ada internet gratis. Akupun lansung internetan untuk membuka email dan facebook. Di facebook aku fokuskan pada melihat-lihat uplowd foto-foto terakhir anakku. terlihat semakin tinggi dan gemuk aja. Smoga Alloj senantiasa memberikan kesehatan padamu ya AYA. Si Ubay dah teriak-teriak, “ayammu keburu dingin, ayo cepat”.
Selesai makan kami melanjutkan menuju Gramedia yang jaraknya hanya sekitar 600m dari KFC. Di gramedia aku beli Novel The Kite Runner karya Khaled Hosseini dan The Forgotten Massacre karya Peer Holm Jorgensen. Si Ubay beli dua buku, anan tiga buku dan pak Paul beli satu buku berjudul perang Bubat. Dari gramedia kami menuju masjid untuk sholat dhuhur kemudian meninggalkan kota kembali ke kapal.
Sekitar jam 16.00 team dari Ina TEWS dari Jakarta sudah tiba di kapal. Setelah say hello dan bincang-bincang sebentar, kami scientist dan teknisi bekerja sama untuk segera melakukan wet test (kasihan juga team dari Jakarta baru datang langsung kerja, tapi begitulah kebiasaan di TEWS kalau kerja tidak pandang waktu, pokonya workaholic). Aku pun ikut membantu kegiatan wet test. Wet Test adalah kegiatan untuk menguji komunikasi antara OBU dan buoy serta ke-kedapan OBU terhadap air. Prinsip dari Wet Test adalah, OBU diturunkan ke dasar laut dekat dengan kapal. Kemudian transduser yang di pasang di bagian bawah buoy juga diturunkan ke air tetapi hanya sebatas di bawah permukaan air. Kemudian dilakukan komunikasi antara OBU dengan transduser via gelombang suara. OBU adalah alat pengukur pressure di dasar laut yang kemudian dikonversikan menjadi tinggi rendah permukaan air laut.
Pada jam 19.00 aku ke anjungan untuk membuat track line Lintas Laut dari dermaga Bungus ke lokasi ina buoy di perairan Siemeulue. Waypoint kuinputkan ke software navigasi Hypack 2010, kemudian kuhitung jarak dan waktu tempuh dengan speed kapal rata-rata 7 knots. Dari hasil hitungan jarak sekitar 435 mill dengan waktu 2 hari 14 jam. Trakline survey ini melewati pulau banyak menyusuri pantai barat Sumatera. Terlihat dari anjungan di deck team dari Jakarta masih mengecek kondisi buoy Tsunami guna memastikan semua peralatan bekerja dengan baik. Selama wet test ada team jaga yang bekerja tiap 4 jam secara bergilir sampai OBU dinaikan lagi besoknya.
 Museum Adityawarman, Padang


Padang, Monday June 13th
Sekitar jam 09.00 Wib, pekerjaan wet test dilanjutkan dengan menurunkan buoy ke permukaan air. Sebelum buoy diturunkan, rubber boat telah diturunkan dengan personil Pak Billy sebagai motorist dan Pak Abdul sebagai pelepas wire dari kren dan menarik buoy. Buoy diturunkan ke air mengunakan kren leawat bagian port (lambung kiri kapal). Setelah buoy stabil selanjunya teamnya Pak WIra mulai mencoba komunikasi buoy dengan OBU (yang sebelumnya telah diturunkan ke dasar laut hari minggu kemaren). Setelah menunggu lama hingga 2 jam, komunikasi antara buoy dengan OBU tidak berjalan dengan lancar. Sehingga buoy harus dinaikan ke deck, untuk dilakukan pengecekan dibagian electricalnya. Alhamdullilah dengan mengecekan hampir dua jam Pak WIra dan Andre berhasil mengetahui penyebab gagalnya komunikasi. Sebelum buoy diturunkan lagi ke air, dilakukan komunikasi secara simulasi dengan menggunakan tranduser yang terpasang dekat dengan buoy yang tersambung ke notebook anan dengan buoy yang tersambung dengan notebook pak Wira. Setelah dinyatakan system buoy bekerja dengan baik, buoy kembali diturunkan ke air. Sambil menunggu komunikasi aku membantu Ubay memainkan kembali ROV hasil karyanya di dekat dermaga dekat kapal BJ3 sandar.
Ujicoba ROV relative berjalan lancar, gambar hasil rekaman terlihat dengan jelas. ROV dapat bermanuver dengan sempurna. Cuma kadang kalanya Si Ubay lupa mengunakan joystick hasil bikinan sendiri antara putar ke kanan atau ke kiri dan maju atau mundur. Kabel USB dari kamera hanya dapat tersambung dengan notebookku sehingga setiap uji coba ROV aku harus ikut membantu. Setelah komunikasi Buoy dengan OBU berhasil, segera Buoy dan OBU dinaikan ke deck. Dan uji coba ROV segera dihentikan, karena kapal akan segera bertolak dari pelabuhan Bungus menuju lokasi Buoy Tsunami di Samudera Hinda yang terletak di Barat Laut Pulau Siemeulue. Akhirnya BJ3 depart form Bungus port at 03:35 pm. I hope that we will not get the big swell , the big wave and wind’s speed is law. So we hope that wil be a nice cruise.

Perairan Utara Nias-Kepulauan Banyak-Simeulue, 13-16 Juni 2011
Perjalanan dari Padang menuju lokasi Buoy Tsunami di Samudera Hinda sekitar 60 mill sebelah Barat Laut Pulau Siemeulue dilalaui dengan melewati pantai Barat Sumatera. Kapal kami melewati perairan di Utara Pulau Nias, melewati kepulauan Banyak, dan Pulau Siemeulue. Saat memasukai kepulauan Banyak terutama saat melewati selat di antara Pulau Tuangku dengan Pulau Bangkaru, aku melihat pulau yang masih terlihat alami dengan hutan tropisnya yang masih lebat seperti belum terjamah oleh penebangan hutan. Masih di kepulauan Banyak pada pulau-pulau sebelum pulau Tuangku terlihat pulau-pulau kecil dengan pantai pasir putihnya. Saat aku di depan anjungan kutatap hijaunya hutan di pulau-pulau tersebut. Udara di luar kapal terutama di depan anjungan terhirup segar di pagi hari. Rasanya kepengin pesiar sebentar di pulau-pulau tersebut untuk menikmati pantai pasir putihnya dan mendengarkan suara burung yang berkicau.
Selama perjalanan aku juga membantu teman-teman di deck mengukur nylon dan wire selanjutnya digulung ke main winch sepanjang kedalaman 1510 (sesuai kedalaman lokasi buoy Tsumany Siemeulue). Selain itu kami juga menyiapkan rangkaian floater, chain / rantai dan dummy. Saat waktu senggah aku gunakan untuk membaca novel “Kite Runner” yang aku beli di Gramedia Padang, terutama saat mau tidur malam, sehabis makan siang, sehabis makan pagi, dan sehabis makan malam.
Selepas kepaulauan Banyak, tepatnya saat kedalaman di atas 600m, multibeam mulai ku hidupkan. Seperti biasa aku hidupkan BDU dan OPU. Setelah jumlah beam lebih dari 34 (stabil), segera kuhidupkan software mermaid dan merlin yang ada di computer sun blade. Kemudian data kedalaman beam tengah dari multibeam ku setting agar masuk ke software hypack menggantikan data singlebeam echosounder yang sudah tidak mampu lagi pada kedalaman di atas 200m.
Sehabis makan malam tgl 15/6/2011, kami mengadakan briefing untuk membahas teknis-teknis pekerjaan deployment dan recovery buoy tsunami. Hasil briefing, aku dapat tugas baru untuk mengambil data bathimetri selama linla terutama sekitar 8 mill laut dari lokasi buoy lama. Karena ada wacana untuk memindahkan lokasi buoy jiga ternyata harus deployment dulu baru recovery. Untuk itu sekitar jam 22.00 aku mulai berusaha tidur sedangkan anan jaga multibeam. Sekitar jam 03.40 pagi tgl 16/6/2011 aku dibangunkan Anan untuk gantian jaga multibeam. Sambil jaga, aku berusaha mengambil data multibeam hasil akuisisi untuk diproses dengan software Caris Hips & Sips dengan notebook thosiba kesayanganku.
 Sun Set at Indian  Ocean

 Indian Ocean, 60nm from Siemeulue, June 16, 2011
Menjelang jam 07.00 Wib BJ3 tiba di loaksi buoy tsunami. Sektiar 2 mill dari lokasi buoy, terlihat nelayan local sedang menambat perahunya ke buoy. Saat kapal kami mendekat nelayan segera kabur meninggalkan buoy. Seperti biasanya kami mencoba komunikasi dengan OBU yang ada di dasar laut dengan mengunakan transduser. Aku di ruang navigasi sendirian dengan handy talky untuk terus komunikasi dengan team yang ada di Lab Basah (tempat team IT Tsunamy sedang melakukan komunikasi dengan OBU) dan team di deck (dipimpn Zainal bin Arnold) yang persiapan menurunkan rubber boat.
OBU masih bekerja dengan baik, sehingga team hanya akan melakukan recovery buoy kemudian menggantinya dengan buoy baru. Recovery buoy dilaksakan dari jam 09.00 wib – 13.35 wib. Selanjutnya kapal melakukan orietasi arus untuk mendapatkan prediksi arah arus di sektar lokasi deployment buoy.
Prediksi arah arus permukaan air laut di sekitar lokasi deployment buoy mempunyai peranan yang penting dalam penentuan line deployment baik untuk deploy Buoy maupun OBU. Data prediksi arah arus digunakan untuk mendesai track line deploy buoy maupun Obu. Karena Barunajaya tidak dilengkapi ADCP, maka untuk memperoleh prediksi arah arus kapal stop mesin kemudian drifting kurang lebih 1 jam. Selama drifting, team mengamati data course dan haluan kapal. Dari pengamatan selama satu jam dari jam 13.25 sampai dengan 14.36 Wib diperoleh arah arus laut relative ke Barat.
Dari data prediksi arah arus, kemudian dibuat line deployment melawan arus. Jadi deploy dibuat dari arah Barat ke arah Timur. Kapal bergerak dari arah Barat ke Timur mulai area dummy sampai released singker (drop sinker). Posisi drop singker dibuat 100 m sebelah Utara posisi OBU dan dilewatkan sekitar 10-20% dari panjang moring line. Sedangkan waktu yang diperlukan oleh team di deck untuk mulai menurunkan dummy ke permukaan air laut sampai released singker sekitar 3 jam dan dengan speed kapal 2 knots, maka dibuat line deploy buoy sepanjang 6 mill laut ( kec. Kapal x waktu). Berikut ditampilkan posisi line deploy buoy siemeulue :
1. 95d 09’ 15.36” E / 03d 38’ 28.9” N (start area dummy)
2. 95d 15’ 11.69” E / 03d 38’ 29.95” N (Finish / drop sinker)
Pekerjaan deployment Buoy selesai (drop singker) jam 18.47 Wib. Buoy tidak langsung terpasang di mooring line (karena resiko juga men-towing buoy sejauh 6 mile, sebagai gantinya kami menggunakan dummy) melainkan menggunakan suatu alat apung berbentuk piring terbalik dengan diameter sektiar 2 m. rencananya besok pagi dummy akan diganti dengan buoy.
Selasa deploy, sambil menunggu singker touch down di dasar laut sektiar 40 setelah deploy. Kapal bergerak mendekati dummy kemudian aku melakukan marking posisi dummy. Setelah itu kapal mengapung-apung sekitar dummy dengan terlebih dahulu kubuat lingkaran dengan radius 500m dengan pusat lingkaran hasil marking posisi dummy. Selama kapal ngapung-ngapung teman-teman pada mancing. Tapi kupikir ini bukan saat tepat untuk mancing, karena malam ini adalah malam terang bulan sehingga ikan, cumi akan menyebar. Mengapa bisa begitu ? karena menurut pakar ikan yang pernah cerita bahwa saat terang bulan plangton akan menyebar sehingga ikan pun akan menyebar mengejar para plangton tersebut.

Indian Ocean, 60nm from Siemeulue, June 17, 2011
Sebelum jam 07.00 team survey sudah siap untuk menganti duumy dengan buoy. Aku pun sudah sarapan, minum susu UHT kesukaanku dan minum jus aple, sehingga siap untuk stanby di ruang navigasi memberikan panduan pada teman-teman di deck dan ajungan depan. Sekitar jam 08.00 rubber turun dan bergerak kea rah dummy sambil menunggu buoy diturunkan. Saat kapal mendekat dengan dummy, buoy segera diturunkan di air. Zainal bin Arnold sebagai master deck terus memberikan komando dalam penurunan buoy dari deck kapal ke air menggunakan kren. Saat buoy sudah di air, wire dari kren sudah direleased oleh Mr. Paul sehingga buoy sudah bebas di air maka kapal bergerak maju dan rubber boat mendekat ke buoy. Rubber boat kemudian menarik buoy mendekat ke dummy untuk menggantikan dummy dengan buoy.
Setelah buoy terpasang ke mooring line selanjutkan team debar-debar cemas untuk menunggu OBU apakah dapat mengirimkan data kedalaman ke buoy. Data kedalaman selanjunya di kirim ke satelit. Dari satelit team RDS di Jakarta menunggu data masuk. Selanjutkan mengirimkan email ke kami di kapal, dari data yang masuk dari buoy via satelit. Jika data kedalaman sampai di RDS maka system buoy tsunami telah bekerja dengan normal. Tapi kami harus nunggu sampai tiga kali pengiriman data. Data jika tidak ada anomaly kedalaman (tsunami) maka data kedalaman akan di kirim tiap satu jam sehingga kami masih menunggu 3 jam lagi sebelum meninggalkan lokasi.
Sekitar jam 15.23 wib, kami meninggalkan lokasi buoy tsunami siemeulue dengan perasaan puas. Selama perjalanan team RDS masih mengirimkan data yang diterima dari buoy simeulue ke kapal via email. Hal ini menunjukan system buoy tsunami masih bekerja dengan normal.
 Indonesian Tsunamy Buoy



Perairan Utara Simeulue-Kepulauan Banyak-Nias-Mentawai, 17-20 Juni 2011
Selama perjalanan dari lokasi buoy siemelue menuju buoy mentawai di sebelah utara pulau Siberut, aku gunakan untuk membuat laporan hasil bathimetri di lokasi buoy siemelue. Jika ada waktu senggah kugunakan untuk meneruskan membaca novel “Kite Runner” yang kisahnya sungguh mengharukan.
Seperti biasa ketika pagi dan sore saat melewati kepulauan Banyak, Nias, dan Mentawai, aku pasti keluar menuju depan anjungan untuk menghirup udara segar sambil memandangi hutan tropis dan pantai pasir putihnya. Itulah kesukaanku, merasakan segarnya udara pagi dan hempusan angin sore yang sejuk. Jika ada sinyal telkomsel atau indosat kugunakan untuk telpon ke istri dan Aya. Menanyakan kondisi mereka berdua.

Indian Ocean, 50nm from Siberut, June 20, 2011
kapal tiba dilokasi buoy mentawai sekitar jam 06.25 pagi. Buoy masih berada di tempatnya seperti saat kami deploy bulan November 2010 tahun kemaren. Tapi terlihat saltah satu GPS telah diambil orang (jahatnya dia). Segera transduser diturunkan dari kapal kemudian melakukan komukasi dengan acustic released yang terpasang dekat singker buoy tsunami. Komunikasi masih bagus, segera direleased menunggu floater yang terpasang di mooring line buoy naik kepermukaan air. Pada jam 07.56 wib 3 rankaian floater muncul di air. Segera rubber boat turun ke air denga 4 personil untuk menjadikan buoy terikat ke kapal. Kapal kemudian mendekat ke rubber boat untuk menerima tali dari rubber boat (setelah buoy terikat dengan tali tersebut). Segera buoy ditarik kea rah kapal kemudian dinaikan ke deck.
Setelah buoy dinaikan ke deck, tinggal menarik (hibob) rangkaian mooring line mulai dari wire, nylon, floater, dan acustic released. Karena arus ke Tenggara maka kegiatan recovery mooring line (towing) dilakukan dengan haluan kapal kea rah Timur Laut (melawan arus). Pada jam 10.41 wib kegiatan recovery mooring line buoy sepanjang 1700m selesai dilakukan dengan ditandai naiknya acustic released ke deck. Sekarang kapal bergerak ke lokasi OBU untuk melakukan recovery OBU.
Pada jam 12.25 Wib, OBU berhasil direleased. Team menunggu munculnya OBU di permukaan air, setelah beberapa bulan berada di dasar laut. Ketika OBU mulai terlihat di permukaan air laut, Rubber boat segera turun untuk mendekat ke OBU. Kapal pun menyusul dari belakang. Setelah tali dari rubber boat terikat ke buoy, maka segera dilemparkan ke kapal. Kapal kemudian menarik OBU pelan-pelan lalu dinaikan ke deck. Rangkaikan OBU berhasil derecovery (naik ke deck) jam 14.05. segera rubber boat dinaikan ke deck. Setelah semuanya selesai kapal meninggalkan lokasi buoy tsunami di mentawai menuju ke Padang untuk menurunkan 9 personil yang akan kembali ke Jakarta via pesawat. Sedangkan aku harus tetap bersama kapal menuju indah kiat.

Teluk Bayur Padang, June 21th, 2011
Pagi antara jam 08.00 – 09.00 sembilan personil mulai mobilasi dari kapal ke dermaga menggunakan Rubber boat. Kapal tidak sandar di dermaga Teluk Bayur melaikan hanya angker dan mobilasi menggunakan rubber boat. Karena team logistic sedang belanja tambahan sayur maka kapal baru meninggalkan Teluk Bayur menuju perjalanan pulang ke Indah Kiat sekitar jam 11.00 wib. Kapal mengambil rute menyusuri pantai Barat Sumatera dikarenakan adanya perkiraan cuaca yang sedikit buruk dari Bengkulu sampai Selat Sunda
.
Indah Kiat port, June 24th, 2011
Sekitar jam 17.00 wib kapal berhasil sandar dipelabuhan indah kiat. Rasanya lega banget bisa menyelesaikan tugas selama hmapir satu bulan. Telah tersedia dua mobil penjemput dari kantor. Segera kami persiapan untuk pulang ketemu dengan keluarga masing-masing.